Bab II feminisme dalam novel perempuan berkalung sorban. Bab dua akan membahas tentang kajian pustaka dari teori yang sedang dikaji dan kedudukan masalah penelitian dalam bidang ilmu yamg diteliti. Windows xp professional sp3 iso download deutsch film mit. Novel yang sempat menuai kritik dan kecaman dari Majelis Ulama Indonesia nampak berbeda dengan novel-novel bertemakan religi lainnya. Jika novel-novel religi Islam lainnya lebih mengedepankan sikap hegemonik dan superioritas seperti “Ayat-ayat Cinta” yang berujung pada isu poligami dan jatuh cintanya seorang wanita Kristen Koptik Mesir kepada seorang lelaki Muslim Indonesia bernama Fakhri, yang mengenyam studi di Al Ahzar Mesir yang sudah memperistri seorang muslim sebelumnya, maka novel “Perempuan Berkalung Sorban” lebih mengedepankan sikap-sikap kritis terhadap fanatisme dalam keberagamaan. Bukan hanya itu, novel ini hendak menyampaikan pesan tentang realita sosial dan keagamaan dimana terjadinya tarik-menarik antara modernisme dan konservatifisme, antara dinamika tafsir terhadap teks Kitab Suci dan sikap stagnan menerima tafsir yang telah diterima selama berabad-abad tanpa melihat konteks zaman yang berubah.
![]() Saya mengutip dari salah satu blog sebagai berikut: “Alih-alih menangkap kesimpulan besarnya, tetapi justru MUI membuat pencitraan sendiri kepada suatu karya. Novel sama seperti buku, ada tema dan garis besar yang hendak diwacanakan. Untuk menilai suatu karya, kita harus melihat itu semua. Jelas-jelas novel Perempuan Berkalung Sorban ingin mengemukakan suatu permasalahan yang semestinya segera diselesaikan dalam konteks sosial umat Islam, bahwa masih ada saja segelintir orang atau oknum dari kaum muslimin yang mempraktikkan budaya-budaya feodalisme, seperti melarang perempuan untuk menuntut pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Seharusnya MUI bisa melihat tema besarnya, tidak semua tokoh dalam novel itu menyatakan bahwa perempuan itu sebagai kelas dua, itu namanya pernyataan generalisasi belaka. Justru maksudnya jelas bahwa di satu sisi ada tokoh yang menentang pandangan konservatif seorang muslim yang melarang anak perempuannya keluar rumah. ![]() Dan ini yang sebenarnya arah yang dituju, bahwa sikap melarang perempuan keluar rumah untuk menuntut ilmu dan bekerja adalah salah dalam Islam, bukan penyesatan dogma teologis” ( kupretist.blogspot.com/2009/02/ perempuan berkalung-sorban- bukan-novel.html ). Pergulatan seorang wanita Islam untuk melawan otoritarianisme yang masih begitu kuat mendominasi masyarakat patriarkhi dan semangat untuk meraih ilmu tanpa harus dibayang-bayangi oleh berbagai ketakutan yang dibungkus dengan ungkapan-ungkapan religius. Sementara novel-novel berdimensi religius Islami lainnya mengedepankan hegemoni religius dan dakwah maka novel ini lebih berani menyoroti realita keberagamaan masyarakat kita. Saya tidak melihat bahwa novel ini hendak melecehkan Islam dan memberikan stigma negatif tentang Islam sebagai agama yang anti kemajuan. Justru saya melihat bahwa novel ini hendak melakukan kritik internal atas cara beragama yang didominasi tafsir-tafsir konservatif yang tentu saja merugikan Islam dan membuat Islam mendapat stigma negatif. Bahkan reaksi berlebihan terhadap novel ini dapat memperkuat stigma negatif tersebut. Saya juga senang bisa melihat tayangan film yang diadaptasi dari novel ini di stasiun televisi swasta walaupun cukup larut dan tidak banyak yang menontonnya. Setidaknya televisi swasta tidak terintimidasi oleh berbagai kontroversi dan kritik atas substansi novel maupun film tersebut.
0 Comments
Leave a Reply. |
AuthorWrite something about yourself. No need to be fancy, just an overview. ArchivesCategories |